Senin, 07 Desember 2015

CERITA UANG 1000 DAN 100.000








Uang pecahan Rp 100.000,- yang notabene adalah uang kertas dengan nominal terbesar di indonesia dan pecahan Rp 1000,- sebagai uang kertas dengan nominal  terkecil. Keduanya dibuat oleh perusahaan yang sama yaitu PERURI, dibuat dari bahan yang sama, dan disimpan ditempat yang sama pula sebelum akhirnya beredar di masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah.
Suatu hari, tibalah saatnya uang uang tersebut diedarkan di masyarakat. Uang uang baru tersebut pun akhirnya beredar dan berpisah satu sama lain, beredar di semua tingkatan masyarakat, dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat ekonomi yang paling bawah. Hari silih berganti, bulan pun terus berlalu berubah menjadi taun, dan akhirnya setelah beberapa tahun secara tidak sengaja, kedua pecahan uang kertas Rp 100.000,- dan Rp 1000,- pun bertemu ditempat yang sama, dalam dompet seorang pemuda yang gagah dan tampan bernama dhien purple. Maka terjadilah perbincangan antara kedua pecahan uang kertas tersebut. dimulai dengan uang kertas Rp 100.000,- yang bertanya kepada uang kertas Rp 1000,-
Sebut saja uang Rp 100.000,- sebagai "X" dan uang Rp 1000,- sebagai "Y".

X: kenapa kamu begitu kusut kucel kumel bau amis lagi? dan Y pun menjawab
Y: aku begitu keluar dari bank langsung disambut sama tukang dagang asongan, lalu diberikan kepada tukang parkir, dipegang sama anak anak kecil, lalu kembali lagi kepada penjual ikan dipasar dan itulah yang menyebabkan aku kucel dan bau amis.
X: sungguh malang benar nasibmu kawan," sahut X

Lalu Y pun balik bertanya kepada X 
Y: kenapa kamu masih bersih,gak kucel dan bau kaya aku?" dan X pun menjawab
X: karena aku begitu keluar dari bank langsung disambut sama pegawai kantoran, lalu aku dibawa ke mall mall besar dan juga hotel berbintang, disitulah tempat tempat aku beredar, bahkan di dompet pun aku jarang sekali keluar
Y: apakah kamu pernah berada di tempat ibadah? lalu X menjawab
X: belum pernah
Y: ketahuilah kawan, walaupun aku cuma Rp 1000,- tapi aku selalu dekat dengan masyarakat bawah, aku selalu berada di kotak amal, ditangan anak yatim, juga ditangan pengemis. bahkan aku juga bersyukur kepada tuhan karena aku tercipta bukan sebuah nilai tapi sebuah manfaat.
Lalu menangislah uang Rp 100.000,- karena merasa keberadaannya tidak bermanfaat.

Demikianlah sepenggal kisah dari tanah nusantara. Pada dasarnya, manusia itu diciptakan dari bahan yang sama dan ditempat yang sama pula yaitu rahim seorang ibu. Namun begitu terlahir ke dunia di situlah terjadi perbedaan. Ada yang memiliki pangkat dan jabatan tinggi dan ada pula yang jadi rakyat biasa. Namun apalah arti sebuah pangkat dan jabatan tanpa memberikan manfaat bagi sesama. Lebih baik rakyat biasa tanpa pangkat tapi bermanfaat bagi sesama daripada punya pangkat tapi cuma dijadikan bahan kesombongan.
Sebagaimana hadits Rosulullah SAW "sebaik baik manusia ialah yang memberikan manfaat bagi sesamanya".
Semoga cerita singkat ini bisa jadi bahan renungan
Wallohu alam....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar